Minggu, 08 Februari 2009

Ingin Dicintai atau Mencintai?

Ingin Dicintai atau Mencintai?

Bukan tebak-tebakan atau undian keberuntungan, bila kita disuruh memilih,
mencintai atau dicintai.

Wah...., pertanyaan sederhana, namun jawabannya ibarat buah simalakama.
Bayangkan bila kita mencintai orang yang tidak pernah mencintai kita.
Pahit kan? Sebaliknya, dicintai orang yang nggak pernah kita harapkan, apa
juga menyenangkan?

Layaknya kisah dalam sinetron, Meta tulus mengasihi Ariel. Sejak dia
mengenal cowok itu pertama kali, cewek pendiam ini nggak mau berpaling
lagi. Jangankan berpaling, dengar salam cowok lain saja, ogah.

Pokoknya cinta mati deh. Kapan pun Ariel membutuhkan dukungan, gadis
berambut panjang ini selalu ada. Meski kadang, kelakuan cowok itu sedikit
temperamental. Sulit ditebak.

Tiba-tiba saja, dia kelihatan menggandeng cewek lain. Toh, Ariel nggak
pernah menyatakan cinta atau pacaran dengan Meta. Nah lho!

Sekali dua kali, Meta pandai menghibur dirinya sendiri. Ah, namanya juga
cinta. Artinya dia harus rela berkorban, tulus dan tanpa berharap balasan
apa-apa.

Bagi Meta, bila dia sudah memiliki hati yang tulus untuk mencintai,
berarti dia sudah siap menerima segala konsekuensinya.

Kocak lagi kisah Tika. Dia sampai panik, harus berulangkali menghindari
Arbel. Cowok itu memang suka padanya sejak mereka beberapa kali sering
pulang ekskul bareng. Celakanya, Tika sama sekali tidak tertarik. Padahal
apa saja yang dia butuhkan, selalu dipenuhi Arbel. Antar jemput ke sekolah,
buku pelajaran, CD baru bintang kesayangannya, sampai masalah sekecil apa
pun masuk dalam pengamatan Arbel.

Cowok itu, ibarat permen karet yang selalu ada di mana cewek ini berada.
Perhatiannya pun kelihatan tulus, nggak berpura-pura dan rasa sayang cowok
itu pun kelihatan dalam. Duh...seharusnya, Tika tersanjung dong. Tapi
nggak tuh! Justru cewek ini tersiksa, karena dia nggak pernah mencintai
Tony. Bingung kan?

Biar adil, kita obrolin saja dua dilema ini.

Antara mencintai dan dicintai.
Pilihan sulit, tapi suatu saat kamu pasti menghadapinya. Nggak perlu
panik, ada banyak tanda yang bisa kamu baca dan alternatif apa yang
sebaiknya kita lakukan. Karena cinta memang bukan "barang" yang bisa kamu
hitung dengan mesin kalkulator, lalu menghasilkan jawaban: untung atau rugi.

Mencintai

Ingat kan, tembang Mencintaimu yang dilantunkan Krisdayanti. Yess! Lagu
itu membuat hati kita berdarah-darah. Sungguh, kebahagiaan dan kebanggaan
tersendiri, bila kita bisa mencintai seseorang tanpa pamrih. Rasa itu ada,
tanpa perlu kamu rekayasa. Nggak perlu dikaitkan dengan materi, fisik yang
sempurna atau imbalan yang nanti akan kita dapatkan. Karena perasaan ini,
alamiah banget, bisa dialami oleh siapa saja.

Masalahnya, bila kamu mencintai seseorang, pasti ada banyak konsekuensinya
dong. Perhatiin deh, soal:

a. Ikhlas
Yang jelas, mencintai seseorang butuh keikhlasan. Apa bener, kamu ikhlas,
bila ternyata dia rasa sayangnya tidak sebesar rasa sayangmu pada dia? Apa
kamu rela, menolong dia ketika menghadapi masalah apa pun, tanpa ada
bayangan kamu akan memperoleh balasan yang sama?

b. Obyektifitas
Cinta nggak boleh membuat kamu terlena, justru tetap siaga. Kamu bisa
memilah-milah hal yang positif dan negatif. Jika kamu mencintainya, pasti
kamu pun nggak ingin dia melakukan hal negatif yang merugikan dirinya
sendiri kan? Misalkan doi mengajak kamu mabuk-mabukan, karena
mencintainya, kamu pun mengiyakan saja. Wah, jangan dong. Justru karena
kamu tulus mencintainya, kamu harus ingatkan dia. Meski dia marah-marah,
toh itu demi kebaikannya. Ya nggak?

c. Tanggung jawab
Boleh kok, kamu mencintai seseorang dalam banget. Tapi tetap
bertanggungjawab lho. Jangan langsung pasrah, mau apa saja oke. Nggak ada
deh, kamus itu. Kalau pun dia juga mencintai kamu, pasti dia mengharapkan
kamu pun dalam keadaan terbaik.

d. Posesif
Ada perasaan khawatir berlebihan, memang. Apalagi kalau si dia banyak yang
menyukai, doyan gaul dan aktif di berbagai kegiatan. Nggak perlu
berlebihan, kamu mengawasinya. Bahkan kemudian mengecek selalu posisi dia,
apa saja yang dilakukan seharian tadi, sampai detil. Lama-lama doi gerah
lho. Kamu kan bukan satpamnya.

e. Perbedaan
Sadari adanya perbedaan di antara doi dan dirimu. Pasangan yang sudah
bertahun-tahun berumahtangga saja, pasti ada nggak cocoknya. Apalagi kamu
yang baru mengenal doi. Jangan cepat-cepat menvonis, kalau kamu cinta
matinya dan dia terlalu sempurna di matamu. Hati-hati deh. Kamu terima
satu-satu, apa saja yang membuat jarak di antara kalian itu ada. Bila
kenyataannya nggak mungkin dilewati, kamu tetap mau menjadi "korban" nggak?

f. Kritis
Orang bilang, kalau sudah cinta, beras mentah pun dianggap berlian. Kita
wajib kritis lho, meski berhadapan dengan orang tercinta. Bila ada
perlakuan tidak seimbang, berlebihan dan kelewatan, harus dikomentari tuh.
Misalkan, doi mulai main tangan atau menvonis kamu A, B, C dan sama sekali
nggak seperti yang kamu bayangkan. Tegas deh, lurusin dulu hal ini,
sebelum kamu kena kanker paru-paru!

g. Sabar
Sabar, kunci akhir bila kamu mencintai seseorang. Jangan membayangkan
keajaiban, sekejab dia akan mencintaimu juga. Waktu akan berbicara.
Perlahan-lahan, bila dia membuka mata hatinya, pasti ada kesempatan untuk
dia menerima cintamu. Bila kesabaran kamu habis, ya...siap-siap
membuka lembar yang baru. Toh, dunia nggak sedaun kelor kok...Don't give
up! Paling tidak, kamu patut bersyukur, bisa mencintai orang dengan tulus
dan apa adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar